Satu demi satu opera dipentaskan di panggung seni bernama indonesia. Dan kini giliran rok mini menjadi lakon yang ugal2an dipaksa berepisode panjang. Masalah njlantrah seperti ini kok bisa2nya mbulet2 ra karuan.
Sengketa kata ini dimulai karena maraknya pelecehan seksual terhadap perempuan di angkutan umum yang didesas-desuskan karena semakin ngetrennya rok mini di angkutan umum. Seharusnya, masalah terhenti di cara pencegahan atas tindak kejahatan bukan malah bergulir ke'pencarian kambing hitam atas siapa yang harus bertanggung jawab. Saling menyalahkan!
Sebenarnya, siapa yang salah jika seandainya terjadi
Pelecehan seksual atau pemerkosaan? Ya jelas pelaku! Gak bisa ditawar lagi. Jangan menyalahkan rok mini dan menjadikan pemakainya sebagai pihak yang bertanggung jawab, karena ia adalah korban! Jadi bolehkah memakai rok mini di angkutan umum?
Tentu saja boleh, asal tau konsekuensinya. Apakah itu? Laki-laki normal pasti berdesir birahinya jika melihat aurat yang tersingkap. Terpercik suatu keinginanan meski hanya dalam imajinasi. Akankah laki2 itu berlanjut ke tindakan nyata? Tergantung iman. Bagaimana klo kejahatan seksual sampai terjadi? Siapa yang salah? Yang salah jelas pelaku. Yang menderita? Ya korban! Masih mau pakai rok mini di angkutan umum? Silahkan....
baca selanjutnya......